Catatan Pengibaran Sang Saka Merah Putih di Air Terjun Riam Berasap


Catatan  Pengibaran Sang Saka Merah Putih di Air Terjun Riam Berasap

Riam Berasap, (EKU) - 16 Agustus 2017 merupakan hari yang kami nantikan  untuk melakukan Ekspedisi  Garuda bersama Yayasan Intan Delima. Ekspedisi ini membawa misi mengibarkan Sang Saka Merah Putih di kawasan Taman Nasional Gunung Palung (TNGP) tepatnya di  Air Terjun Riam Berasap untuk memeriahkan  gegap gempita Hari Ulang Tahun Republik Indonesia   yang ke-72  yang jatuh pada 17 Agustus 2017.
Setelah mengurus Surat Izin Masuk Kawasan (Simaksi)  dengan pihak  Balai Taman Nasional Gunung Palung (BTNGP) kami berjumlah 13 orang diizinkan untuk melakukan pengibaran Sang Saka Merah Putih  di Air Terjun Riam Berasap yang masuk dalam kawasan zona pemanfaatan tersebut.
Beruntung kali ini kami ditemani oleh lima orang anggota Kepolisian Resort Kayong Utara yang juga ingin ikut berpatisipasi merayakan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia dengan mengibarkan Sang Saka Merah Putih ditempat yang tidak biasanya yaitu dialam terbuka.
Dengan menggunakan sepeda motor, kami berangkat sekitar pukul 06.15 wib dari ibukota Sukadana menuju  Desa Riam Berasap.  Kondisi jalan yang cukup  bagus saat ini karena ruas jalan yang menghubungkan trans kalimatan yang kami lalui sedang dalam  perbaikan. Hanya butuh waktu 30 menit kami sudah sampai di tempat pertemuan bersama guide yang akan mengantar kami ke air terjun Riam Berasap.
Sebelum melanjutkan perjalanan, kami mengecek segala kebutuhan selama perjalanan terutama  memastikan kondisi kendaraan prima karena medan yang akan dilalui cukup sulit. Dengan menyusuri jalan setapak, permukaan  tanah yang licin karena sempat diguyur hujan beberapa waktu lalu dan jalan yang berkelok- kelok membuat kami harus ekstra hati – hati saat menunggangi  besi roda dua kami.
Baru berjalan lima menit, kami harus melewati jembatan satu papan diatas parit yang cukup dalam, namun berkat kerjasama tim, satu persatu kuda besi  yang kami tunggangi bisa melewati dengan selamat.Tidak sampai disitu, jalan yang becek dengan digenangi air membuat motor yang kami tunggangi banyak yang amblas dan  bahkan motor yang saya kendarai sempat jatuh dan terpaksa betis saya menjadi korban karena terkena knalpot motor. Dengan perlahan –lahan dan saling membantu satu sama lain,  akhirnya satu jam perjalanan yang menguras tenaga bisa kami lalui.
 Perjalanan selanjutnya, tepat pukul 09.00 wib masih pagi,  kami harus menggunakan  kaki – kaki kami lebih lama lagi  untuk mencapai air terjun yang menjadi tujuan perjalanan kami. Sambil menikmati perjalanan banyak keanekaragaman hayati yang dapat saya saksikan di hutan  yang  masih lebat dan dijaga oleh Balai Taman Nasional Gunung Palung (BTNGP) yang memiliki kewenangan untuk mengelolah taman nasional tersebut sampai saat ini. Jenis kayu bengkirai, pelawan,keruing, meranti dan tengkawang beberapa jenis kayu yang saya diketahui dan saya jumpai sepanjang perjalanan kami. Begitu pun jenis – jenis hewan yang masih cukup banyak  menurut keterangan dari guide kami Soehartono seperti Kancil, Babi Hutan, Kucing Hutan dan jenis biota  di airnya sendiri seperti   ikan Semah masih menjadi jenis ikan yang sering didapat oleh masyarakat yang memancing di sepanjang sungai bagian hulu sungai  Siduk tersebut. 
Begitu juga burung langka yang menjadi maskot Kalimantan Barat  Enggang, masih bermain lalu lalang di atas kepala kami. Bahkan di jalur ini pun  dijadikan tempat pelepasan liar Orangutan oleh NGO yang bergerak dibidang konservasi Orangutan karena jalur ini dianggap paling strategis untuk melepas liarkan hewan langka  tersebut agar mudah untuk beradaptasi.
Sebelum sampai di Riam Berasap kami juga melewati beberapa riam seperti Riam Ginjil dengan ketinggian kurang lebih 3 meter,Riam Ambar tempat kami beristirahat untuk makan siang dan Riam Pelanduk. Walaupun riam – riam tersebut tidak tinggi namun cukup membantu mengusir lelah kami dalam  menempuh perjalanan yang cukup menguras tenaga dengan beban dipundak yaitu tas yang  besar tempat segala perlengkapan yang kami bawa.
Tepat pukul 13.00 wib, bunyi seperti guntur dari   air terjun Riam Berasap menyambut kedatangan kami yang menjadi tujuan utama kami untuk mengibarkan Sang Saka Merah Putih.  Rasa lelah pun terbayar lunas saat Air Terjun dengan ketinggian 10 meter dan lebar 5 meter dengan bagian bawah air terjun membentuk kolam dengan luasan mencapai 300 m² yang memanjakan kami saat berada disana.Pengibaran Sang Saka Merah putih pun dapat dilaksanakan keesokan harinya tepat pada 17 Agustus 2017 dimana acara dilakukan di sekitar air terjun dan berlangsung dengan  khidmat.
ketua EKU Supriandi mengatakan Pengibaran Sang Merah Putih dialam terbuka  merupakan agenda tahunan Komunitas pecinta alam yang masih eksis bergerak dibidang lingkungan tersebut. Dikatakan oleh pria berambut panjang ini, selain untuk membakar semangat pemuda khususnya pecinta alam agar tetap berkobar membangun Kayong Utara dari segala aspek  juga untuk merayakan hari ulangtahun Explore kayong Utara yang juga bertepatan pada Dirgahayu Republik Indonesia.

“Jadi Pengibaran merah putih ini sudah menjadi agenda tahunan kami, dimana  tahun sebelumnya kami juga mengibarkan merah putih di puncak tertinggi Kayong Utara yaitu di  zona inti TNGP tepatnya di bukit tinggi, untuk saat ini kami melakukan pengibaran merah putih di air terjun Riam Berasap, Selain untuk merayakan HUT RI yang ke-72 juga untuk merayakan hari terbentuknya Explore Kayong Utara (EKU) yang ke-3,”kata Supriandi.
Selain melakukan pengibaran Sang Saka Merah Putih, dikatakan pria yang telah memiliki kekasih ini, EKU juga melakukan aksi pengumpulan sampah  anorganik yang masih menghiasi sepanjang jalur menuju air terjun riam berasap tersebut, karena menurutnya selain akan mempengaruhi keseimbangan ekosistem di alam juga sampah yang berserekan  sangat berdampak pada ketertarikan wisatawan untuk menikmati  air terjun  yang memiliki ketinggian 10 meter dan lebar 5 meter tersebut.
“Selalu saya sampaikan kepada kawan- kawan, filosofi yang sudah  terkenal untuk pecinta alam  jangan mengambil apapun selain gambar, jangan meninggalkan apapun selain jejak dan  jangan membunuh apapun selain waktu harus ditanamkan dalam jiwa kita masing- masing untuk mempererat persaudaraan kita bersama alam”katanya lagi.(Riz)


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Keindahan Air Terjun Riam Bidadari

Menikamati Eksotis Bukit Mandale